Runtuhnya Tambang Raksasa Di Chili
Santiago, 3 Agustus 2025 Runtuhnya Tambang Raksasa Di Chili mengguncang dunia internasional setelah sebagian struktur tambang El Teniente mengalami keruntuhan hebat. Peristiwa tragis ini menelan korban jiwa dan menyebabkan beberapa […]

Santiago, 3 Agustus 2025 Runtuhnya Tambang Raksasa Di Chili mengguncang dunia internasional setelah sebagian struktur tambang El Teniente mengalami keruntuhan hebat. Peristiwa tragis ini menelan korban jiwa dan menyebabkan beberapa pekerja terjebak di bawah tanah, memicu keprihatinan global atas standar keselamatan kerja di industri pertambangan. Tragedi ini bukan hanya soal kecelakaan, tetapi juga mengangkat kembali urgensi pengawasan terhadap operasional tambang besar di negara-negara penghasil mineral utama dunia seperti Chili.
Runtuhnya Tambang Raksasa di Chili : Tragedi Nasional Guncang Dunia Tambang
ebuah terowongan utama di tambang tembaga El Teniente tambang bawah tanah terbesar di dunia milik perusahaan negara Codelco runtuh setelah gempa berkekuatan 4,2 skala Richter. Insiden ini menyebabkan 1 pekerja tewas dan 5 pekerja lainnya terjebak di kedalaman sekitar 900 meter. Hingga 44 jam pasca kejadian, belum ada kontak dengan para pekerja yang terperangkap. Operasional tambang dihentikan untuk memprioritaskan upaya evakuasi dan penyelamatan.
Runtuhnya Terowongan Usai Gempa Berkekuatan 4,2 SR
Sebuah terowongan utama di tambang El Teniente milik perusahaan tambang milik negara, Codelco, ambruk setelah wilayah sekitar Rancagua diguncang gempa berkekuatan 4,2 skala Richter. Insiden tersebut terjadi pada Jumat malam dan langsung menghentikan seluruh aktivitas tambang. Terowongan yang runtuh berada di kedalaman sekitar 900 meter di bawah permukaan tanah.
Satu pekerja dinyatakan meninggal dunia sesaat setelah kejadian, sementara lima lainnya dilaporkan masih terjebak tanpa kontak hingga 44 jam pasca-runtuhnya terowongan. Upaya penyelamatan masih terus dilakukan dengan target evakuasi mencapai jalur penyelamatan sepanjang 90 meter yang tertutup reruntuhan batuan.
Latar Belakang dan Konteks
Tambang El Teniente berlokasi di wilayah pegunungan Rancagua, sekitar 100 km selatan ibu kota Santiago. Tambang ini memiliki jaringan lorong bawah tanah sepanjang lebih dari 4.500 km, menjadikannya sebagai tambang bawah tanah tembaga terbesar di dunia. El Teniente menyumbang produksi sebesar 356.000 ton tembaga per tahun, menjadikannya tulang punggung tidak hanya bagi ekonomi Chili, tetapi juga bagi pasokan global logam tembaga.
Chili merupakan negara produsen tembaga terbesar di dunia dengan pangsa pasar global mencapai hampir 25%. Tembaga menjadi komoditas vital yang digunakan dalam berbagai industri, termasuk produksi perangkat elektronik, kabel listrik, motor kendaraan listrik, dan sistem energi terbarukan. Maka dari itu, insiden ini tidak hanya berimplikasi lokal, tetapi juga berpengaruh global.
Dampak dan Pengaruh
Masyarakat & Keluarga Korban
- Korban tewas meningkat menjadi dua orang, setelah jasad pekerja kedua ditemukan pada Sabtu, 2 Agustus 2025. Identitas sementara belum diumumkan
- Keluarga pekerja terjebak masih belum mendapatkan kabar langsung dari lokasi kejadian.
Industri Tambang
- Penangguhan operasional di El Teniente berpotensi mengganggu produksi tembaga jangka pendek dan memicu ketidakpastian pasokan global.
- Investigasi sedang dilakukan untuk menentukan apakah runtuhnya terowongan terkait operasi penambangan atau gempa alam.
Regulasi dan Organisasi Buruh
- Serikat pekerja menuntut investigasi menyeluruh, mengingat dugaan ketidakpatuhan terhadap standar keamanan dalam tambang.
- Pemerintah dan otoritas industri tambang diperintahkan memberikan transparansi penuh dalam proses penyelamatan dan evaluasi pasca-insiden.
Kutipan Narasumber
Andrés Music, Direktur Operasional El Teniente (Codelco), mengatakan:
“Kami menyadari kesedihan keluarga korban dan komunitas tambang. Temuan ini memperlihatkan lokasi yang benar, menegaskan strategi evakuasi kami berjalan tepat. Namun tetap menyedihkan.”
Pabrikan menambahkan bahwa operasi penyelamatan telah mencapai lebih dari 20 meter dari rute 90 meter yang tertutup reruntuhan dengan progres sekitar 15–20 meter per hari.
Pandangan Netral dan Analisis Lebih Luas
Tragedi ini menyiratkan kerentanan sektor tambang terhadap bencana alam seperti gempa bumi, yang kerap mengguncang wilayah Amerika Selatan. Meski upaya penyelamatan tergolong cepat dan melibatkan tim dari berbagai negara, kejadian ini tetap meninggalkan pertanyaan besar terkait kesiapsiagaan dan mitigasi risiko tambang bawah tanah.
Beberapa pengamat menilai bahwa Chili perlu mengevaluasi ulang sistem manajemen keselamatan di tambang-tambang besar milik negara. Insiden ini menjadi momentum penting untuk memperbarui infrastruktur keselamatan, memperketat audit internal, dan meningkatkan pelatihan tanggap darurat bagi pekerja.
Kesimpulan dan Seruan Evaluasi
Runtuhnya Tambang Raksasa di Chili bukan hanya tragedi kemanusiaan, tapi juga refleksi atas tantangan besar dalam dunia pertambangan modern. Meski teknologi dan kapasitas produksi terus berkembang, keselamatan pekerja tetap harus menjadi prioritas utama. Pemerintah Chili dan perusahaan tambang dunia diharapkan menjadikan insiden ini sebagai pelajaran penting untuk mencegah tragedi serupa di masa depan.