Beranda Kecelakaan Pendaki Asal Jerman Tewas Di Rinjani
Kecelakaan

Pendaki Asal Jerman Tewas Di Rinjani

Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat dikenal sebagai salah satu destinasi pendakian paling menantang dan menawan di Indonesia. Setiap tahunnya, ribuan pendaki lokal maupun mancanegara datang untuk menikmati keindahan alamnya. […]

Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat dikenal sebagai salah satu destinasi pendakian paling menantang dan menawan di Indonesia. Setiap tahunnya, ribuan pendaki lokal maupun mancanegara datang untuk menikmati keindahan alamnya. Namun, di balik pesona puncaknya yang menakjubkan, Rinjani juga menyimpan risiko besar yang tak jarang memakan korban jiwa.

Kasus Pendaki Asal Jerman Tewas Di Rinjani menjadi peringatan nyata akan bahaya jalur curam Plawangan Sembalun, tempat di mana korban dilaporkan tergelincir hingga meninggal dunia. Peristiwa ini kembali membuka mata banyak pihak tentang pentingnya keselamatan, kesiapan fisik, serta kewaspadaan dalam menaklukkan jalur-jalur ekstrem.

Tergelincir di Jalur Curam, Pendaki WNA Meninggal Dunia

Lombok Timur, NTB — 19 Juli 2025
Seorang pendaki warga negara asing (WNA) asal Jerman dilaporkan meninggal dunia setelah tergelincir saat mendaki Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kamis (18/7). Korban yang diketahui bernama Maximilian S. (32) jatuh ke jurang sedalam sekitar 75 meter di kawasan Plawangan Sembalun, jalur yang dikenal ekstrem dan curam.

Peristiwa terjadi sekitar pukul 15.30 WITA saat korban bersama tiga pendaki lain, termasuk seorang pemandu lokal, dalam perjalanan turun usai mendaki puncak Rinjani. Saat kejadian, kondisi cuaca dilaporkan berkabut dan gerimis, yang membuat jalur menjadi licin dan berbahaya.

Evakuasi Berlangsung Selama 10 Jam

Tim gabungan dari Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), Basarnas Mataram, dan relawan pendakian langsung dikerahkan setelah menerima laporan. Proses evakuasi memakan waktu lebih dari 10 jam karena medan curam, licin, dan minim cahaya.

“Korban ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa sekitar pukul 19.00 WITA dan baru berhasil dievakuasi ke basecamp pada pukul 03.00 dini hari,” jelas Lalu Wahyu Effendi, Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Mataram.

Jenazah korban kemudian dibawa ke RSUD Selong untuk proses identifikasi dan penanganan administratif oleh pihak Konsulat Jerman di Bali.

Gunung Rinjani: Populer Tapi Penuh Risiko

Gunung Rinjani adalah salah satu destinasi pendakian favorit di Indonesia, menarik ribuan wisatawan domestik dan mancanegara setiap tahunnya. Namun, medan pendakiannya yang terjal dan ekstrem, terutama di musim hujan atau transisi cuaca, seringkali menimbulkan risiko serius.

Plawangan Sembalun, lokasi kecelakaan, merupakan jalur yang banyak dilalui pendaki untuk mencapai puncak. Di beberapa titik, jalur ini menyempit dengan sisi jurang yang curam dan tidak dilindungi pagar pengaman.

“Kecelakaan ini jadi pengingat penting bahwa medan Rinjani tidak bisa dianggap enteng. Pendaki wajib memperhatikan kondisi cuaca dan mengikuti arahan pemandu,” ujar Dedy Asriady, Kepala BTNGR.

Imbauan & Evaluasi Sistem Keamanan

Pihak BTNGR menyatakan akan melakukan evaluasi menyeluruh terkait prosedur keselamatan jalur pendakian, khususnya untuk pendaki asing. Salah satu langkah yang dipertimbangkan adalah pemasangan rambu peringatan tambahan serta peningkatan pelatihan bagi para pemandu wisata gunung.

Di sisi lain, para operator wisata juga diimbau untuk lebih ketat dalam mengevaluasi kesiapan fisik dan perlengkapan pendaki sebelum memulai perjalanan.

“Kita harus mulai menekankan edukasi keselamatan gunung sebagai bagian dari wisata alam. Jangan hanya mengejar keindahan tanpa memahami risikonya,” kata Ahmad Suherman, pegiat alam terbuka sekaligus instruktur pendakian nasional.

Pandangan Lebih Luas: Pariwisata Aman dan Bertanggung Jawab

Kejadian ini menyoroti pentingnya praktik safe tourism, terutama dalam sektor pariwisata alam dan petualangan yang semakin digemari wisatawan global. Pemerintah daerah, pengelola taman nasional, dan pelaku industri pariwisata perlu bersinergi dalam membangun sistem pendakian yang aman, edukatif, dan berkelanjutan.

Kematian Maximilian menjadi catatan kelam di tengah upaya NTB mempromosikan wisata alamnya ke dunia. Namun di sisi lain, insiden ini juga bisa menjadi momentum untuk memperbaiki infrastruktur dan standar keselamatan yang lebih ketat.

Pihak pengelola taman nasional berencana mengevaluasi prosedur keselamatan dan meningkatkan pengawasan untuk mencegah kecelakaan serupa di masa depan. 

Reporter: Redaksi Kecelakaan
Editor: M. Arif
Kategori: [Kecelakaan]
Tanggal Publikasi: 19 Juli 2025
Sumber: BTNGR, Basarnas Mataram, RSUD Selong, Narasumber Independen

Sebelumnya

Panduan Lengkap Internet of Things (IoT): Aplikasi, Keamanan, dan Masa Depan Teknologi Terkoneksi

Selanjutnya

Cekcok Berujung Maut Di Sulut

Devan
Penulis

Devan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

CandyPotato.com
advertisement
advertisement
💬 LIVECHAT